Masyarakat Desa Long Uli Gelisah, Kemarau Tak Kunjung Datang Ladang belum Dibakar dan Nugal Tertunda

1756872074517.jpg

Desa Long Uli. Bagi masyarakat Desa Long Uli, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau, musim kemarau bukan sekadar pergantian cuaca, melainkan penanda dimulainya siklus kehidupan yang sangat penting: pembukaan ladang dan persiapan menanam padi.

Sejak turun-temurun, masyarakat Dayak di Long Uli menjalankan tradisi bakar ladang sebagai bagian dari sistem perladangan berpindah. Pembakaran ladang dilakukan untuk membersihkan semak, rerumputan, dahan pohon besar dan sisa tumbuhan sehingga tanah menjadi subur kembali dengan abu hasil pembakaran. Tradisi ini bukan sekadar pekerjaan, melainkan bagian dari kearifan lokal yang diwariskan nenek moyang, dijalankan dengan aturan adat, doa, serta kebersamaan seluruh keluarga.

Namun, tahun ini harapan masyarakat terganggu. Masuk ke awal September, tanda-tanda kemarau belum juga terlihat. Hujan masih turun hampir setiap hari, sehingga kesempatan untuk membakar ladang pun hilang. Padahal, di awal Agustus sebenarnya sempat ada kemarau, tetapi karena sebagian masyarakat belum selesai menebang dahan pohon dan ada pula ladang yang belum kering, pembakaran ditunda.

Para Petua Desa sebenarnya sudah menentukan waktu yang tepat untuk membakar ladang agar bisa dilakukan secara bersama-sama. Namun, karena ada warga yang belum siap, waktu itu pun diundur. Sayangnya, ketika jadwal sudah digeser, musim hujan justru mulai datang. Akibatnya, sampai sekarang ladang belum sempat dibakar. Padahal di Desa tetangga sudah bakar ladang dan mulai nugal. 

Biasanya Agustus itu panas, kita bakar ladang, lalu siap untuk Nugal. Tapi sekarang hujan terus, ladang tidak bisa dibakar. Sudah bulan September, seharusnya kita mulai menanam padi,” ungkap salah seorang warga dengan nada cemas.

Kondisi ini membuat masyarakat di Long Uli khawatir. Tradisi Nugal  (menanam benih padi dengan cara membuat lubang kecil di tanah menggunakan tongkat kayu, dan di isi benih padi) seharusnya sudah berlangsung. Jika tertunda, siklus pertanian ikut bergeser dan dikhawatirkan hasil panen tidak maksimal.

Di tengah keluhan, masyarakat juga tidak berhenti berdoa. Setiap malam, obrolan di rumah, di grup-grup Desa Long Uli, story WA, Story FB warga long uli atau pertemuan desa selalu dipenuhi doa dan harapan agar musim kemarau segera datang. Mereka percaya bahwa alam memiliki waktunya sendiri, namun doa bersama menjadi wujud pengharapan agar kerja keras mereka tidak sia-sia.

Bagi masyarakat Long Uli, tradisi berladang bukan hanya soal pangan, melainkan juga jati diri dan keberlangsungan budaya. Karena itu, hadirnya musim kemarau sangat dinantikan, agar api bisa dinyalakan di ladang, abu menjadi pupuk alami, dan benih padi segera ditanam sebagai sumber kehidupan setahun ke depan.

Anda bisa lihat salah satu postingan masyarakat Desa Long uli tentang Keluh kesah dan doa  Harapan agar kemarau, lebih lanjut di linklink dibawah ini:

Posting Masyarakat Desa Long Uli, di ladang

 

Dan ada beberapa foto Ladang desa Long Uli saat diguyur Hujan:


Bagikan post ini: