Tradisi Nugal di Desa Long Uli

1759115012789.jpg

Tradisi Nugal di Desa Long Uli

Di Desa Long Uli, masyarakat Dayak Kenyah masih memegang erat tradisi nugal, yaitu kegiatan menanam padi secara tradisional. Tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan sebagai cara utama untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Melalui proses nugal, masyarakat memperoleh beras yang menjadi makanan pokok sekaligus simbol keberlangsungan hidup.

Nugal bukan sekadar kegiatan bercocok tanam, tetapi juga mencerminkan nilai kebersamaan, gotong royong, serta rasa syukur kepada alam. Dalam tradisi ini, masyarakat biasanya bekerja bersama-sama di ladang, saling membantu membuka tanah, menugal benih padi, hingga menyiapkan kebutuhan selama musim tanam.

Namun, nugal tahun ini di Desa Long Uli tidak berjalan sebaik tahun-tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh ladang yang tidak terbakar sempurna akibat curah hujan yang masih sering turun. Biasanya, masyarakat menggunakan sistem berladang dengan cara membakar untuk membersihkan lahan. Akan tetapi, karena ladang tidak terbakar merata, masih banyak sisa tumbuhan dan semak yang menghambat proses nugal.

Akibat kondisi tersebut, masyarakat terpaksa melakukan nugal sambil “mekup”, yaitu membersihkan kembali lahan secara manual dengan tenaga tambahan. Proses ini membuat pekerjaan menjadi lebih berat dan memakan waktu lebih lama. Meski demikian, masyarakat tetap melaksanakan nugal dengan penuh semangat, sebab mereka memahami bahwa beras hanya bisa didapat melalui kerja keras di ladang.

Tradisi nugal di Desa Long Uli bukan hanya sekadar menanam padi, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap adat dan budaya Dayak Kenyah. Walaupun menghadapi tantangan alam, masyarakat tetap menjaga warisan leluhur ini agar tidak hilang ditelan zaman.

Bagikan post ini: